Mohd Afham & Ain Najwa

Daisypath - Personal pictureDaisypath Anniversary tickers

Aisya Syifaa

Lilypie - Personal pictureLilypie Fourth Birthday tickers

Alyaa Zulfa

Lilypie - Personal pictureLilypie Second Birthday tickers

Azizul Hakim

Lilypie - Personal pictureLilypie First Birthday tickers

Sunday, December 28, 2008

Azam Tahun Baru - edited

Di antara azam Awe untuk tahun ni dan tahun-tahun yang mendatang ialah...

Pertama, Awe nak jadi seorang yang lebih fokus dan komited dalam sesuatu perkara. Awe tak nak urusan peribadi bercampur dengan pelajaran dan komitmen-komitmen yang lain. Awe nak cuba naikkan cgpa dan dalam masa yang sama dapat lebih menyumbang pada 'stakeholders'.

Kedua, Awe nak jadi seorang wanita yang lebih cekal, tabah, dan kuat dari segi emosi dan fizikal. Awe nak elakkan merungut dan mengeluh. Kata-kata Tuan Azam sentiasa dalam kepala, "Merungut adalah manifestasi bahawa kita tidak bersyukur kepada Tuhan". Awe akan cuba berfikir secara 'normative' dalam semua perkara. Berfikiran positif, itu paling penting.

Ketiga, Awe nak jadi seorang yang lebih bahagia dan tenang.

Keempat, harapan jauh di sudut hatiku.....tak nak lah tulis kat sini....

Wednesday, December 10, 2008

Sanah Helwah Ya Abi!!


Dalam nak mengejar masa untuk ke LCCT (nak beraya di Tawau) lepas zohor 4hb lalu, Ummi sempat juga curi masa untuk belikan kek untuk menyambut ulang tahun Abah ke-47.

Doa Awe untuk Abah,
Ya Allah,
Kau teguhkan iman Abah,
Kau berikan kesihatan jiwa dan badan kepadanya,
Kau berikan kekuatan kepadanya untuk terus menegakkan agamaMu,
Kau permudahkannya untuk menyebarkan agamaMu,
Kau damaikan hati Abah,
Kau tenangkanlah jiwa Abah,
Kau kurniakanlah rezeki yang halal buat keluarga kami,
Kau jauhkanlah segala macam fitnah daripadanya,
Ya Allah,
kau jadikanlah Abah contoh ikutan terbaik buat kami anak-anaknya
sepertimana Kau jadikan Rasulullah contoh ikutan terbaik buat Ummatnya
Amin...Amin Ya Rabbal 'alamin

SELAMAT ULANG TAHUN ABAH!!
I LOVE YOU ALWAYS!

BNO dan ABC



Sejak dua menjak ni, kalau balik kampung kat Sabak Bernam je, tak sah kalau tak pergi makan ABC tepi pantai. Pantai mana lagi kalau bukan BNO (Bagan Nakhoda Omar) yang terkenal di daerah sabak.Pantai tu bukanlah cantik mana pun sebabnya pantai nelayan. Tapi, ketenangannya yang 'best'. Bila duduk kat situ, tenang jap jiwa ni, lupa jap masalah-masalah kat KL. Yang membuatkan lagi seronok, bila bawa adik-adik, mak (panggilan untuk nenek kesayangan), ngan sedara-sedara lain yang nak ikut.



Petang Jumaat lepas, awe bawa adik-adik yang ramai. Sumbat dalam dua kereta. Kebetulan nak menyambut Raya Haji dan juga sedang cuti sekolah. Meriah lah rumah mak nun. Cuma abah ngan Ummi tak ada. Beraya di Tawau.

Thursday, November 13, 2008

Berjaya Kawal Stress

Hari ini banyak sungguh perkara yang perlu diuruskan dan difikirkan. Entah berapa kali Awe hidupkan enjin, matikan enjin kereta dari satu tempat ke satu tempat. Semua urusan perlu diselesaikan segera. Ini semua gara-gara Tuan Punya Rezki belum mau serahkan duit sebanyak RM5000 kepada kami. Ya Allah, ujian sungguh. Hari ini juga kami perlu bayar duit tiket sebanyak RM11 ribu.

Di saat kerisauan dan tekanan sampai ke kemuncak, air mata awe hampir berderai depan syah, k.dyl n k.nadzifa. Itu lah Awe, simpan semuanya sampai ke satu tahap yang maksimum yang tak mampu lagi dikawal oleh hati. Air mata dah mula mengalir. Sebelum Awe jadi lebih beremosi, Awe terus ke dapur, cuci muka. Istighfar beberapa kali, tarik nafas dalam-dalam........dan alhamdulillah, berjaya mengawal emosi. Awe keluar ke dari dapur dan dapat menjalankan tugas-tugas dengan tenang.

Apa yang lebih membuatkan awe tak henti-henti mengucapkan syukur adalah apabila Adrian, sahabat baik kami, sanggup meminjamkan duitnya sebanyak RM5000 untuk membayar duit tiket kerana kami tak yakin boleh dapat duit daripada pihak pengurusan dalam masa yang sangat suntuk tadi. Alhamdulillah, tiket dapat dibeli tepat pada masanya walaupun awe terpaksa duduk di pejabat Sri Lankan Airlines lebih dua jam kerana ada masalah teknikal. Thanks Ad!!!

Monday, November 10, 2008

Syaikh Yusuf Tuanta Salamaka vs Karaeng Pattingalloang tentang Lima Perkara

Di zaman pemerintahan Sultan Malikussaid Raja Gowa dengan gelar anumerta Tummenanga ri Papambatuna, tersebutlah dua orang tokoh sejarah yang terkenal yaitu Syaikh Yusuf Tuanta Salamaka dan Karaeng Pattingalloang. Syaikh Yusuf adalah tokoh berkaliber internasional, dengan predikat ulama dalam kwalitas sufi, ilmuwan penulis puluhan buku, pejuang yang gigih di mana saja ia berada: di Gowa, di Banten, di Ceylon (Srilangka sekarang) dan di Tanjung Pengharapan, negaranya orang Boer (petani emigran Belanda, sekarang Negara Afrika Selatan). Karaeng Pattingalloang adalah Perdana Menteri kerajaan kembar Gowa-Tallo’, negarawan, politikus, ilmuwan, yang publikasi karya ilmiyahnya belumlah ditemukan hingga dewasa ini.

Syahdan, inilah dialog di antara keduanya dalam Hikayat Tuanta Salamaka menurut versi Gowa, sebagaimana dituturkan oleh Allahu Yarham Haji Ahmad Makkarausu’ Amansyah Daeng Ngilau’. Materi dialog itu ada lima perkara: anynyombaya saukang, appakala’biri’ sukkuka gaukang, a’madaka ri bate salapanga, angnginunga ballo’ ri ta’bala’ tubarania, dan pa’botoranga ri pasap-pasaraka.
Maka berkatalah Tuanta Salamaka: “Telah kulihat alamat keruntuhan Butta (negeri) Gowa. Oleh sebab itu, pertama, hentikan dan cegahlah rakyat menyembah berhala (saukang), yang kedua, hentikan menghormati atribut kerajaan (gaukang) secara berlebih-lebihan, yang ketiga, hentikan Bate Salapang bermadat, yang keempat, hentikan pasukan kerajaan minum tuak, dan yang kelima, hentikan perjudian di pasar-pasar.” (bahasa aslinya seperti dituturkan Daeng Ngilau di atas itu).

Maka menjawablah Karaeng Pattingalloang:
“Pertama, susatongi nipamari anynyombaya saukang, susahlah menghentikan rakyat menyembah saukang, sebab melalui saukang itulah wibawa raja ditegakkan, yang kedua, sukarlah juga menghentikan penghormatan gaukang, karena di situlah letaknya kemuliaan sang raja, anjoreng minjo kala’biranna sombaya, yang ketiga, tidaklah gampang Bate Salapang menghentikan bermadat, karena jika demikian takkuleami nagappa nanawa-nawa kabajikanna pa’rasanganga, tidak akan timbul gagasan-gagasan baru mengenai konsep pembangunan, yang keempat, kalau pasukan kerajaan dihentikan minum tuak, lalu kedatangan musuh, inaimo lanisuro a’jjallo’, siapalah yang akan dikerahkan membabat musuh, yang kelima, juga tidak mungkin menutup perjudian di pasar-pasar, karena tenamo nantama baratuwa, tidak ada lagi pajak judi yang masuk dalam perbendaharaan kerajaan, antekammamo lanibajiki pa’rasanganga, lalu bagaimana mungkin menggalakkan pembangunan?”

Setelah dialog selesai, Tuanta Salamaka mengeluarkan pernyataan: “Punna tenamo takammana lakupilari butta Gowa, kalau keputusan kerajaan sudah demikian itu, akan kutinggalkan Butta Gowa. Tamangeai nyawaku anciniki sallang sare-sarenna Butta Gowa. Tak sampai hati saya menyaksikan kelak keruntuhan Butta Gowa.”

La Maddaremmeng, Raja Bone ke-13, menjalankan Syari’at Islam dengan murni dan konsekwen dalam kerajaannya. Sebenarnya La Maddaremmeng ini perlu diangkat dalam sejarah, bahwa ia mendahului gerakan Paderi di Minangkabaw. La Maddaremmeng adalah Pahlawan Islam. Ia memberantas adat kebiasaan yang bertentangan dengan Syari’at Islam, sejalan dengan yang dikemukakan oleh Tuanta Salamaka kepada Karaeng Pattingalloang. Para bangsawan Bone yang tidak setuju dengan kebijaksanaan La Maddaremmeng minta bantuan Kerajaan Gowa, yang mengakibatkan pecah perang Gowa-Bone yang kedua. Bone kalah perang, La Maddaremmeng dan sejumlah rakyatnya ditawan, dikerahkan ke Gowa untuk kerja paksa, membangun benteng pertahanan.

Perang Gowa-Bone ini memang unik dalam sejarah. Pada zaman pemerintahan I Mallikaang Daeng Manyonri Karaeng Katangka Karaenga Matowaya Sultan Alawddin Awwalu lIslam Tummenanga ri Agamana terjadi perang Gowa-Bone pertama, yang penyebabnya sebaliknya dari perang yang kedua. Yaitu Kerajaan Gowa walaupun tidak memaksakan agama Islam pada Kerajaan Bone yang waktu itu belum Islam, Kerajaan Gowa menghendaki agar Bone menghentikan praktek tradisi yang bertentangan dengan Syari’at Islam.

Demikianlah Kerajaan Gowa kehilangan mutiaranya. Tuanta Salamaka akhirnya meninggalkan Kerajaan Gowa, merantau ke Banten. Menuntut ilmu ke Tanah Suci. Bersama-sama dengan mertuanya, Sultan Ageng Tirtayasa, dan iparnya, Pangeran Purbaya, berperang melawan Belanda di Banten, di Parahyangan, sampai ke Cirebon. Melanjutkan perjuangan sambil menulis buku di pengasingan di Ceylon dan di Tanjung Pengharapan.

Apa yang diucapkan Tuanta Salamaka sebagai futurelog terbukti dalam sejarah. Arung Palakka, yang walaupun masa remajanya dibina dan dididik oleh Karaeng Pattingalloang, bangkit melawan kerajaan Gowa untuk memerdekakan Bone, mengakhiri kerja paksa itu. Dan selanjutnya dapat kita baca dalam sejarah bahwa apa yang diramalkan oleh Syaikh Yusuf tentang nasib kerajaan Gowa terbukti dalam satu generasi berikutnya pada zaman pemerintahan I Mallombassi Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangngape Sultan Hasanuddin Tummenanga ri Balla’ Pangkana, ditandai dengan ditandatanganinya Perjanjian Bungaya. Sepeninggal Sultan Hasanuddin pamor Kerajaan Gowa menjadi pudar.

Menurut berita insya Allah Syaikh Yusuf akan diperingati sepanjang tahun 1994 di Negara Afrika Selatan, yang mendapat dukungan kuat dari Nelson Mandela. Kolom ini ditulis untuk ikut sekelumit menyambut tahun kegiatan memperingati Syaikh Yusuf di rantau jauh itu. Adegan dialog itu menunjukkan perbedaan sikap berpikir antara orang berdzikir kemudian baru berpikir, berhadapan dengan orang yang berpikir saja tanpa berdzikir. Syaikh Yusuf, karena berdzikir, ingat kepada Allah dahulu sebelum berpikir, maka pemikirannya dituntun oleh wahyu. Sedangkan Karaeng Pattingalloang hanya berpikir saja tanpa dituntun wahyu, hanya mengandalkan akalnya belaka. Itulah barangkali latar belakangnya mengapa penulis sejarah di kalangan orang barat sangat memujinya.

Firman Allah:
– Alladziena yazkuruna Llaha qiyaman wa qu’udan wa ‘ala junubihim wa yatafakkaruna fie khalqi ssamawati walardhi, rabbana ma khalaqta hadza bathilan subhanaka faqina ‘adzaba nnar (S. Ali ‘Imran 3:190). artinya:
– Yaitu mereka yang dzikir kepada Allah dalam keadaan berdiri, atau duduk, atau berbaring, dan berpikir tentang kejadian (benda-benda) langit dan bumi, kemudian berucap: Ya Maha Pengatur kami, tidaklah Engkau ciptakan semuanya ini dengan percuma, maka peliharalah kami dari azab neraka.

Jadi yadzkuruna berdzikir dahulu baru yatafakkaruna berpikir. WaLlahu a’lamu bishshawab.

Makassar, 5 Desember 1993
[H.Muh.Nur Abdurrahman]

Riwayat Syeikh Yusuf Al-Maqassari

Syeikh Yusuf lahir tahun 1626 di Goa, Sulawesi Selatan. Ayahnya, Abdullah, bukan bangsawan, tetapi ibunya, Aminah, keluarga Sultan Ala al-Din. Dia dididik menurut tradisi Islam, diajari bahasa Arab, fikih, tauhid. Pada usia 15 tahun dia belajar di Cikoang pada seorang sufi, ahli tasawuf, mistik, guru agama, dan dai yang berkelana. Saya tahu dari sejarawan Belanda, Van Leur, betapa agama Islam dibawa ke Indonesia pada mulanya oleh pedagang-pedagang Islam yang sekaligus adalah sufi. Kembali dari Cikoang Syeikh Yusuf menikah dengan seorang putri Sultan Goa, lalu pada usia 18 tahun dia naik haji ke Mekkah sekalian memperdalam studi tentang Islam.

Di Makassar dia naik sebuah kapal Melayu dan berlayar menuju Banten yang merupakan pusat Islam penting di Nusantara. Di sana dia bersahabat dengan putra mahkota yang kelak memerintah sebagai Sultan Ageng Tirtayasa (1651-83), penguasa agung terakhir dari Kesultanan Banten, juga kerajaan terakhir dari Nusantara yang dengan kapal-kapalnya melaksanakan perdagangan jarak jauh.

Mengikuti rute perdagangan antar-Nusantara zaman itu Syeikh Yusuf melanjutkan perjalanan ke Aceh, lalu ke Gujarat, India, tempat dia bertemu dengan Sufi Nuruddin Ar-Raniri, penasihat sultan perempuan Safyatuddin dari Aceh, kemudian ke Yaman, akhirnya ke Mekkah dan Madinah, bahkan sampai ke Damascus (Suriah) dan Istanbul (Turki) yang disebut dalam tambo-tambo Melayu sebagai “Negeri Rum”. Bila dipikir sangat lamanya waktu perjalanan dengan kapal layar atau dengan kafilah unta zaman itu, maka sungguh mengagumkan kekuatan fisik dan mental Syeikh Yusuf untuk berkelana sambil belajar tasawuf bertahun-tahun dalam tradisi seorang sufi. Sungguh menyenangkan di Mekkah dia memperoleh ijazah dari tarekat (mystical order) Khalwatiyyah, diakui sebagai ilmuwan Islam yang berwibawa, dipandang sebagai guru agama oleh orang-orang Melayu-Indonesia yang datang naik haji ke tanah Haramyn. Dia menikah dengan putri Imam Shafi’i di Mekkah yang meninggal dunia waktu melahirkan bayi. Sebelum pulang ke Indonesia, dia kawin lagi dengan seorang perempuan asal Sulawesi di Jeddah.

SYEIKH Yusuf tidak kembali ke Goa di mana agama sudah dilecehkan, orang berjudi, mengadu ayam, meminum arak, menghidupkan lagi animisme tanpa ditindak secara tuntas oleh Sultan. Alih-alih dia menetap di Banten dan menjadi penasihat agama utama Sultan Ageng Tirtayasa. Sultan ini sangat anti-VOC Belanda. Ia berselisih dengan putranya yang dikenal sebagai Sultan Haji. Timbul perang saudara, Sultan Haji minta bantuan VOC yang mengirim tentara Kompeni untuk menangkap Sultan Ageng dan menyekapnya di Batavia di mana dia meninggal tahun 1692.

Syeikh Yusuf dengan 4.000 tentara Bugis memihak Sultan Ageng, turut bergerilya dengannya, juga ditangkap oleh Belanda. Pada bulan September 1682, Syeikh Yusuf bersama dua istrinya, beberapa anak, 12 murid, dan sejumlah perempuan pembantu dibuang ke Ceylon, kini Sri Lanka. Di Sri Lanka dia menulis karya-karya keagamaan dalam bahasa Arab, Melayu, dan Bugis. Dia aktif menyusun sebuah jaringan Islam yang luas di kalangan para haji yang singgah di Sri Lanka, di kalangan para penguasa, dan raja-raja di Nusantara. Haji-haji itu membawa karya-karya Syeikh Yusuf ke Indonesia, dan karena itu bisa dibaca di negeri kita sampai sekarang.

Mengingat aktivitas Syeikh Yusuf tadi, VOC Belanda khawatir dampaknya dalam bidang agama dan politik di Nusantara. Keadaan bisa bergolak terus. VOC lalu mengambil keputusan memindahkan Syeikh Yusuf ke Kaapstad di Afrika Selatan. Dalam usia 68 tahun, Syeikh Yusuf beserta rombongan pengikutnya terdiri dari 49 orang tiba di Tanjung Harapan tanggal 2 April 1694 dengan menumpang kapal Voetboog. Di tengah perjalanan badai besar menghantam sehingga membuat nakhoda Belanda, Van Beuren, ketakutan kapalnya akan tenggelam, tapi berkat wibawa dan karisma Syeikh Yusuf dia bisa tenang dan selamat sampai di Kaapstad. Akibat pengalaman tersebut, sang kapten memeluk agama Islam dan sampai sekarang keturunannya yang semua Muslim masih ada di Afrika Selatan.

Syeikh Yusuf ditempatkan di Zandvliet, desa pertanian di muara Eerste Rivier, dengan tujuan supaya tidak bisa berhubungan dengan orang-orang Indonesia yang telah datang lebih dahulu. Lokasi itu di Cape Town sekarang dikenal sebagai Macassar. Bersama ke-12 pengikutnya, yang dinamakan imam-imam, Syeikh Yusuf memusatkan kegiatan pada menyebarkan agama Islam di kalangan budak belian dan orang buangan politik, juga di kalangan orang-orang Afrika hitam yang telah dibebaskan dan disebut Vryezwarten.

MENYAMPAIKAN syiar Islam, memelihara dan mempertahankan agama Islam di kalangan golongan Muslim merupakan perhatian dan aktivitas Syeikh Yusuf di Afrika Selatan. Sebagai sufi, dia mengajarkan tarekat Qadiniyyah, Shattariyyah, dan Rifaiyyah di kalangan Muslim Afrika Selatan. Dia meninggal dunia tanggal 22 Mei 1699 dan dimakamkan di Faure, Cape Town. Makamnya terkenal sebagai Karamah yang berarti ‘keajaiban, mukjizat’. Sultan Gowa meminta kepada VOC supaya jenazah Syeikh Yusuf dibawa ke Tanah Airnya. Dia tiba di Goa 5 April 1705 dan dimakamkan kembali di Lakiung. Seperti makamnya di Faure, makamnya di Makkasar juga banyak diziarahi orang. Fakta bahwa Syeikh Yusuf memiliki dua makam menimbulkan spekulasi. Sejarawan De Haan percaya Belanda mengirimkan kerangka Syeikh Yusuf ke Makassar dan karena itu makamnya di Faure telah kosong. Di pihak lain, tulis Prof Azyumardi Azra dalam makalahnya, orang-orang Muslim di Cape percaya hanyalah sisa sebuah jari tunggal dari Syeikh Yusuf yang dibawa kembali. Spekulasi ini mungkin ada benarnya mengingat sebuah legenda di Goa mengenai jenazah Syeikh Yusuf yang dimakamkan kembali. Menurut legenda, pada mulanya hanya sejemput abu yang mungkin sisa-sisa jarinya yang dibawa dari Afrika Selatan. Tapi abu itu bertambah terus sampai mengambil bentuk seluruh badan penuh Syeikh Yusuf tatkala tiba di Goa. Dr Nabilah Lubis berkata kepada saya, soalnya adalah apakah yang tiba di Goa, kerangka atau keranda?

Syeikh Yusuf adalah seorang sufi. Pada awal tahun 1960-an ketika membaca soal mistik di Jawa dalam disertasi Dr Schmidt yang diajukan di Universitas Geneva saya mendapat keterangan tasawuf mana yang tidak diterima oleh Islam. Yaitu yang mengandung panteisme, yang menganggap diri sendiri adalah Tuhan, ana’l Haq, itu ditolak. Azyumardi Azra menulis Syeikh Yusuf menolak konsep wahdah al-wujud. Dalam analisis terakhir: man is man and God is God. Karena HAMKA menulis buku Tasawuf Indonesia saya bertanya kepadanya apakah dia sufi, dan pada awal tahun 1960-an Buya menjawab dalam bahasa Minang: Ha indak, ambo ma ngaji-ngaji sajo. HAMKA menyangkal dirinya seorang sufi.

Memang susah menjelaskan tentang sufi apabila orang tidak menjalankannya dengan bergabung dalam sebuah tarikat yang dipimpin oleh syeikh. Sebagai orang awam, tentu terlebih-lebih saya tidak punya bakat dan persediaan untuk memahami sufi dan ajarannya. Kalangan yang mengetahui berkata sufi-ism adalah sama dengan akhlak yang baik.

Siapa yang berusaha hidup dengan akhlak baik, tidak mengundurkan diri dari masyarakat ramai, tetap aktif dalam urusan dunia, mengindahkan sepenuhnya suruhan dan larangan Tuhan, dia itu sesungguhnya mirip sufi. Bagaimanapun juga, Syeikh Yusuf al-Makassari, Pahlawan Nasional, adalah seorang sufi.

Saturday, November 8, 2008

Diriku Menurut yang Pakar

* Keras hati & degil.
* Kuat semangat & bermotivasi tinggi.
* Pemikiran yang tajam.
* Mudah marah apabila tidak dikawal.
* Pandai menarik hati & perhatian orang lain .
* Perasaan yang amat mendalam.
* Cantik dari segi mental & fizikal.
* Tidak perlu dimotivasikan.
* Tetap pendirian, tetapi mudah dipengaruhi oleh orang lain.
* Mudah dipujuk.
* Bersikap sistematik (otak kiri).
* Suka berangan.
* Kuat daya firasat memahami apa yang terlintas di hati orang lain tanpa diberitahu.
* Bahagian telinga & leher mudah diserang penyakit.
* Daya khayalan yang tinggi.
* Permikiran yang tajam.
* Pandai berdebat.
* Fizikal yang baik.
* Kelemahan sistem pernafasan.
* Suka sastera, seni & muzik serta melancong.
* Tidak berapa suka duduk di rumah.
* Tidak boleh duduk diam.
* Tidak punya ramai anak.
* Rajin dan bersemangat tinggi.
* Agak boros

Tuesday, October 28, 2008

Ya Allah, Kurniakanku Ketabahan Ummi

Sejam yang lepas, Ummi memberitahu sesuatu yang sangat memeranjatkan dan menyedihkan.
Air mata Awe tahan saat duduk bersandar di dinding sebelah Ummi. Masuk je waktu maghrib, Awe terus bangun menuju ke bilik untuk menunaikan kewajipan. Air mata tak terbendung, Awe biar mengalir. Ya Allah, macam mana Ummi boleh ceritakan semua tu tadi dengan tenang? Sedangkan Awe pun tidak setabah itu.

Ya Allah..tabahkanlah hatiku, kuatkanlah semangatku, tenangkanlah hatiku...

Saturday, October 25, 2008

Hidayah itu Bukan Milikku

Awe sayang adik-adik Awe. Noa. Jian. Ama. Jida. Semua perempuan. Awe selalu berdoa...

Ya Allah, jauhkan kami daripada maksiat.
Ya Allah, satukan hati kami.
Ya Allah, jadikan aku kakak yang baik.
Ya Allah, jauhkan kami daripada segala fitnah.
Ya Allah, ampunkan dosa-dosa kami.

Tak cukup dengan hanya berdoa. Awe selalu ajak adik-adik Awe ikut usrah-usrah, program-program GPTD, PKPIM, ABIM dengan harapan mereka tidak akan terpengaruh dengan budaya-budaya sesat yang semakin menular di kalangan anak-anak muda. Tapi, Awe hanya berjaya membentuk sedikit fikrah Jida yang baru berusia 10 tahun. Alhamdulillah, dia berminat dengan apa yang disampaikan kepadanya di dalam program-program yang diikuti. Semoga dia jadi insan yang berguna kepada masyarakat pada masa akan datang.

Ya Allah, Kau berilah petunjukMu kepadaku dan kepada adik-adikku. Tetapkanlah hati kami dalam mentaatiMu. Janganlah Kau bolak-balikkan hati kami.

Inikah UjianMu?

Kurang tiga minggu je lagi tarikh berangkat ke Sri Lanka. Tapi, duit di tangan tak sampai RM500 pun. Risau sangat. Saat ini, pengharapan hanya diletakkan pada Yang Maha Memberi Rezeki. Pelbagai usaha untuk mengumpul dana telah dilakukan. Mungkin belum mencapai tahap optimum. Awe sesekali takkan berputus asa. Andai ditakdirkan Misi ke Sri Lanka ini ditundakan lagi buat kali ke tiga, awe redha. Awe merasakan yang Allah sedang menguji ketaqwaan dan keyakinan kami berenam. Awe teringat ayat seorang senior di GPTD yang juga pernah melalui ujian macam ini, "Mungkin Tuan punya duit belum nak bagi duitNya". Ya....Tuan punya duit tu adalah ALLAH. Mungkin sebelum ini awe sangat kedekut dan berkira untuk membantu mereka yang memerlukan. What goes around, comes around.Mungkin juga, Awe belum cukup bersedia untuk menjadi agen penyebar risalah Islam kerana nilai moral dan akhlak yang kurang, kerana terlalu mengendahkan dosa-dosa kecil, kerana...kerana...dan kerana. Ya Allah, terasa diri ini sangat tidak layak. Ku mohon petunjuk dan pembantuMu.

Wednesday, October 22, 2008

Kau Ilhamku

Beribu bintang dilangit
Kini menghilang
Meraba aku dalam kelam
Rembulan mengambang
Kini makin suram
Pudar ilhamku tanpa arah
Sedetik wajahmu muncul
Dalam diam
Ada kerdipan ada sinar
Itukah bintang atau rembulan
Terima kasih kuucapkan
Izinkan kumencuri bayangan wajahmu
Izinkan ku mencuri khayalan denganmu
Maafkanlah oh...
Andai lagu ini
Mengganggu ruangan hidupmu
Kau senyumlah oh...
Sekadar memori
Kita di arena ini
Kau ilhamku
Kau ilhamku...

Sunday, September 21, 2008

Ya Allah, satukanlah hati kami!

Awe tak boleh bayangkan, bagaimana seseorang sanggup menganiaya saudara kandungnya sendiri. Apa yang lebih menyedihkan ialah dia sanggup mennggunakan ilmu sihir. Kenapa ada masnusia di atas muka bumi ini yang tergamak buat sesuatu macam tu. Sekarang ni bulan Ramadhan. Ya Allah...sedih sangat dengan apa yang berlaku di sekeliling Awe. Orang-orang yang Awe sayang, Awe hormat...kenapa?

Tapi, bukan itu je perkara yang menyedihkan. Beberapa kejadian yang baru berlaku dan juga perkara yang berlarutan sekian lamanya membuatkan Awe muhasabah balik peranan Awe di dalam keluarga sebagai anak, adik, kakak, sepupu, anak buah, makcik, dan cucu. Awe merasakan Allah sedang menguji persaudaraan ini. Ya Allah, sungguh hebat ujianMu! Awe merasakan yang Awe tak menjalankan peranan Awe sebaiknya. Awe tak ada kekuatan untuk menegur mereka yang Awe hormati dan Awe sayangi. Awe tak tau apakah cara terbaik untuk Awe menjernihkan suasana yang sedia ada tanpa mengeruhkannya lagi. Ya Allah, berilah kekuatan kepadaku!

Ya Allah, di bulan Ramadhan yang mulia ni, aku pohon padaMu Ya Allah, Kau ampunkanlah dosa-dosaku, Kau ampunkanlah dosa kedua ibubapaku, abang-abangku, adik-adikku, pakcik-makcikku, sepupu-sepupuku, atok nenekku, dan seluruh saudara-saudaraku Ya Allah. Kau satukanlah hati kami, ikatlah hati kami dengan kasih sayang. Ya Allah, jauhkanlah kami daripada segala permusuhan, sifat dendam, dengki, dan iri hati. Ya Allah, tetapkanlah hati kami dalam mentaatiMu, jauhkanlah kami daripada kemaksiatan, hindarkan kami daripada kejahilan dan kebatilan. Ya Allah, berilah kesihatan kepada kami, murahkanlah rezeki kami, halalkan makan minum kami, jauhkan kami daripada azab api neraka. Ya Allah, kurniakanlah rahmahMu, hidayahMu dan keampunanMu. Kau kabulkanlah doaku Ya Allah..kabulkanlah..kabulkanlah...
Amin, amin ya Rabbal 'alamin.

Thursday, September 18, 2008

My Blog

Your Blogging Type is Kind and Harmonious



You're an approachable blogger who tends to have many online friends.
People new to your blogging circle know they can count on you for support.
You tend to mediate fighting and drama. You set a cooperative tone.
You have a great eye for design - and your blog tends to be the best looking on the block!

Kolot Ke?

Your score on Openness to Experience is low, indicating you like to think in plain and simple terms. Others describe you as down-to-earth, practical,and conservative.

Imagination. To imaginative individuals, the real world is often too plain and ordinary. High scorers on this scale use fantasy as a way of creating a richer, more interesting world. Low scorers are on this scale are more oriented to facts than fantasy. Your level of imagination is low

Artistic Interests. High scorers on this scale love beauty, both in art and in nature. They become easily involved and absorbed in artistic and natural events. They are not necessarily artistically trained nor talented, although many will be. The defining features of this scale are interest in, and appreciation of natural and artificial beauty. Low scorers lack aesthetic sensitivity and interest in the arts. Your level of artistic interests is low.

Emotionality. Persons high on Emotionality have good access to and awareness of their own feelings. Low scorers are less aware of their feelings and tend not to express their emotions openly. Your level of emotionality is low.

Adventurousness. High scorers on adventurousness are eager to try new activities, travel to foreign lands, and experience different things. They find familiarity and routine boring, and will take a new route home just because it is different. Low scorers tend to feel uncomfortable with change and prefer familiar routines. Your level of adventurousness is high.

Intellect. Intellect and artistic interests are the two most important, central aspects of openness to experience. High scorers on Intellect love to play with ideas. They are open-minded to new and unusual ideas, and like to debate intellectual issues. They enjoy riddles, puzzles, and brain teasers. Low scorers on Intellect prefer dealing with either people or things rather than ideas. They regard intellectual exercises as a waste of time. Intellect should not be equated with intelligence. Intellect is an intellectual style, not an intellectual ability, although high scorers on Intellect score slightly higher than low-Intellect individuals on standardized intelligence tests. Your level of intellect is low.

Liberalism. Psychological liberalism refers to a readiness to challenge authority, convention, and traditional values. In its most extreme form, psychological liberalism can even represent outright hostility toward rules, sympathy for law-breakers, and love of ambiguity, chaos, and disorder. Psychological conservatives prefer the security and stability brought by conformity to tradition. Psychological liberalism and conservatism are not identical to political affiliation, but certainly incline individuals toward certain political parties. Your level of liberalism is low.

Wednesday, September 17, 2008

Ya Allah, Tenangkanlah Hatiku, Damaikanlah Jiwaku

Your score on Neuroticism is low, indicating that you are exceptionally calm, composed and unflappable. You do not react with intense emotions, even to situations that most people would describe as stressful.

Anxiety. The "fight-or-flight" system of the brain of anxious individuals is too easily and too often engaged. Therefore, people who are high in anxiety often feel like something dangerous is about to happen. They may be afraid of specific situations or be just generally fearful. They feel tense, jittery, and nervous. Persons low in Anxiety are generally calm and fearless. Your level of anxiety is average.

Anger. Persons who score high in Anger feel enraged when things do not go their way. They are sensitive about being treated fairly and feel resentful and bitter when they feel they are being cheated. This scale measures the tendency to feel angry; whether or not the person expresses annoyance and hostility depends on the individual's level on Agreeableness. Low scorers do not get angry often or easily. Your level of anger is average

Depression. This scale measures the tendency to feel sad, dejected, and discouraged. High scorers lack energy and have difficult initiating activities. Low scorers tend to be free from these depressive feelings. Your level of depression is average.

Self-Consciousness. Self-conscious individuals are sensitive about what others think of them. Their concern about rejection and ridicule cause them to feel shy and uncomfortable abound others. They are easily embarrassed and often feel ashamed. Their fears that others will criticize or make fun of them are exaggerated and unrealistic, but their awkwardness and discomfort may make these fears a self-fulfilling prophecy. Low scorers, in contrast, do not suffer from the mistaken impression that everyone is watching and judging them. They do not feel nervous in social situations. Your level or self-consciousness is low.

Immoderation. Immoderate individuals feel strong cravings and urges that they have difficulty resisting. They tend to be oriented toward short-term pleasures and rewards rather than long- term consequences. Low scorers do not experience strong, irresistible cravings and consequently do not find themselves tempted to overindulge. Your level of immoderation is low.

Vulnerability. High scorers on Vulnerability experience panic, confusion, and helplessness when under pressure or stress. Low scorers feel more poised, confident, and clear-thinking when stressed. Your level of vulnerability is average.

Harapkan pagar, pagar makan padi

Your score on Conscientiousness is average. This means you are reasonably reliable, organized, and self-controlled.

Self-Efficacy. Self-Efficacy describes confidence in one's ability to accomplish things. High scorers believe they have the intelligence (common sense), drive, and self-control necessary for achieving success. Low scorers do not feel effective, and may have a sense that they are not in control of their lives. Your level of self-efficacy is average.

Orderliness.
Persons with high scores on orderliness are well-organized. They like to live according to routines and schedules. They keep lists and make plans. Low scorers tend to be disorganized and scattered. Your level of orderliness is average.

Dutifulness. This scale reflects the strength of a person's sense of duty and obligation. Those who score high on this scale have a strong sense of moral obligation. Low scorers find contracts, rules, and regulations overly confining. They are likely to be seen as unreliable or even irresponsible. Your level of dutifulness is low.

Achievement-Striving. Individuals who score high on this scale strive hard to achieve excellence. Their drive to be recognized as successful keeps them on track toward their lofty goals. They often have a strong sense of direction in life, but extremely high scores may be too single-minded and obsessed with their work. Low scorers are content to get by with a minimal amount of work, and might be seen by others as lazy. Your level of achievement striving is low.

Self-Discipline. Self-discipline-what many people call will-power-refers to the ability to persist at difficult or unpleasant tasks until they are completed. People who possess high self-discipline are able to overcome reluctance to begin tasks and stay on track despite distractions. Those with low self-discipline procrastinate and show poor follow-through, often failing to complete tasks-even tasks they want very much to complete. Your level of self-discipline is average.

Cautiousness. Cautiousness describes the disposition to think through possibilities before acting. High scorers on the Cautiousness scale take their time when making decisions. Low scorers often say or do first thing that comes to mind without deliberating alternatives and the probable consequences of those alternatives. Your level of cautiousness is high.

Sanggup ke berkorban?

Your level of Agreeableness is average, indicating some concern with others' Needs, but, generally, unwillingness to sacrifice yourself for others.

Trust. A person with high trust assumes that most people are fair, honest, and have good intentions. Persons low in trust sees others as selfish, devious, and potentially dangerous. Your level of trust is high.

Morality. High scorers on this scale see no need for pretense or manipulation when dealing with others and are therefore candid, frank, and sincere. Low scorers believe that a certain amount of deception in social relationships is necessary. People find it relatively easy to relate to the straightforward high-scorers on this scale. They generally find it more difficult to relate to the unstraightforward low-scorers on this scale. It should be made clear that low scorers are not unprincipled or immoral; they are simply more guarded and less willing to openly reveal the whole truth. Your level of morality is low.

Altruism. Altruistic people find helping other people genuinely rewarding. Consequently, they are generally willing to assist those who are in need. Altruistic people find that doing things for others is a form of self-fulfillment rather than self-sacrifice. Low scorers on this scale do not particularly like helping those in need. Requesting for help feel like an imposition rather than an opportunity for self-fulfillment. Your level of altruism is low.

Cooperation. Individuals who score high on this scale dislike confrontations. They are perfectly willing to compromise or to deny their own needs in order to get along with others. Those who score low on this scale are more likely to intimidate others to get their way. Your level of compliance is high.

Modesty. High scorers on this scale do not like to claim that they are better than other people. In some cases this attitude may derive from low self-confidence or self-esteem. Nonetheless, some people with high self-esteem find immodesty unseemly. Those who are willing to describe themselves as superior tend to be seen as disagreeably arrogant by other people. Your level of modesty is average.

Sympathy. People who score high on this scale are tenderhearted and compassionate. They feel the pain of others vicariously and are easily moved to pity. Low scorers are not affected strongly by human suffering. They pride themselves on making objective judgments based on reason. They are more concerned with truth and impartial justice than with mercy. Your level of tender-mindedness is high.


To Be With You Or To Be Alone?

Your score on Extraversion is average, indicating you are neither a subdued loner nor a jovial chatterbox. You enjoy time with others but also time alone.

Friendliness. Friendly people genuinely like other people and openly demonstrate positive feelings toward others. They make friends quickly and it is easy for them to form close, intimate relationships. Low scorers on Friendliness are not necessarily cold and hostile, but they do not reach out to others and are perceived as distant and reserved. Your level of friendliness is high.

Gregariousness. Gregarious people find the company of others pleasantly stimulating and rewarding. They enjoy the excitement of crowds. Low scorers tend to feel overwhelmed by, and therefore actively avoid, large crowds. They do not necessarily dislike being with people sometimes, but their need for privacy and time to themselves is much greater than for individuals who score high on this scale. Your level of gregariousness is average.

Assertiveness. High scorers Assertiveness like to speak out, take charge, and direct the activities of others. They tend to be leaders in groups. Low scorers tend not to talk much and let others control the activities of groups. Your level of assertiveness is average

Activity Level. Active individuals lead fast-paced, busy lives. They move about quickly, energetically, and vigorously, and they are involved in many activities. People who score low on this scale follow a slower and more leisurely, relaxed pace. Your activity level is average.

Excitement-Seeking. High scorers on this scale are easily bored without high levels of stimulation. They love bright lights and hustle and bustle. They are likely to take risks and seek thrills. Low scorers are overwhelmed by noise and commotion and are adverse to thrill-seeking. Your level of excitement-seeking is low.

Cheerfulness. This scale measures positive mood and feelings, not negative emotions (which are a part of the Neuroticism domain). Persons who score high on this scale typically experience a range of positive feelings, including happiness, enthusiasm, optimism, and joy. Low scorers are not as prone to such energetic, high spirits. Your level of positive emotions is high


Tuesday, September 16, 2008

Dalam Diam...

Kami tak pernah meluahkan isi hati masing-masing. Bila berjumpa pun, hanya isu-isu semasa dan kehidupan peribadi masing-masing yang menjadi bahan bualan. Jarang sekali kami merancang untuk berjumpa. Namun, setiap kali bersua, dari jauh kami akan tersenyum, hati berbunga, mata bersinar. Hampir satu dekad kami berkawan. Tak pernah sekalipun hati ini diguris. Diri ini sentiasa dihormati. Tapi, malam tadi timbul satu perasaan yang tak dapat digambarkan apabila mengetahui dia akan berkahwin tak lama lagi. Mulut mengucapkan tahniah, tapi, hati berasa sedih. Rupa-rupanya, dalam diam, kami menyimpan perasaan terhadap diri masing-masing. Semuanya baru disedari malam tadi secara tidak langsung di dalam perbualan kami. Dia memang berhasrat menjadikan Awe teman hidupnya, tapi tidak diluahkan kerana memikirkan tempoh pengajian Awe yang masih panjang, dan juga kerana merasa rendah diri dek perbezaan latar belakang diri dan keluarga. Inilah yang dikatakan tak ada jodoh agaknya. Walauapapun, Awe doakan yang terbaik dan kebahagiaan buat dirinya dan semoga tenang jiwa ini.

Malam Sambutan Hari Malaysia


Malam tadi awe dan keluarga pergi ke Stadium Kelana Jaya, menyambut Hari Malaysia anjuran Pakatan Rakyat. Subhanallah. Ramai sungguh manusia. Kerusi hampir penuh. Padang hampir padat. Track pun penuh dengan manusia. Program tamat sebelum jam 12 tengahmalam. Tapi, kami balik rumah hampir jam 1 pagi sebab abah taknak berhadapan dengan kesesakan ribuan kereta yang berasak-asak keluar dari perkarangan stadium.

Ada dua kelebihan balik lambat malam tadi. Pertama, awe ditemuramah oleh wartawan MalaysiaKini mengenai pandangan awe terhadap perhimpunan malam tadi, pakatan rakyat, dan ISA. Kedua, awe dapat berborak lebih lama dengan seorang member awe yang mengambil kesempatan mencari rezeki berniaga di luar stadium. Awe kenal dia sejak akhir form 2. Masa tu awe ikut abah berprogram dan kebetulan keluarga dia pun ada gak datang berniaga. Sejak tu, selalu gak awe berjumpa dengan dia dan keluarganya.


Sunday, September 7, 2008

7 September dan Pertunangan

Alarm handphone berbunyi tepat jam 5 pagi. Sahur. Hari ni hari ke 7 puasa. Alhamdulillah...dapat gak jumpa lagi dengan Ramadhan tahun ni. Seperti biasa, awe matikan alarm pastu cek ada mesej masuk ke tak. Hmm...ada satu. Sape lah agaknya mesej lewat pagi sebab malam tadi awe tidur kol 1 (layan pardes..huhu). Bila tengok je nombor yang keluar...arghh, dia lagi..apa yang dia nak. Awe baca beberapa perkataan pertama je. Delete....puas.


Tapi ada sesuatu yang dia tulis dalam mesej tu yang buat awe teringat yang tarikh hari ni, 7 sept, genap setahun pengalaman awe bertunang. Hubungan yang bertahan dengan perasaan sedih, sakit hati, meluat, bosan, menyampah, dan secebis sayang, akhirnya putus 3 Februari lepas. Kenapa putus? Tak nak lah awe tulis kat sini. Awe tak nak ingatkan. Biarlah perkara lepas jadi pengajaran dan pengalaman untuk awe. Semua perkara menyakitkan yang dia buat kat awe, dah pun awe maafkan. Semua kenangan pahit dengan dia, sedaya mungkin awe cuba hilangkan dari kepala. Setiap hari awe berdoa semoga Allah ampunkan dosa2 awe, tenangkan hati awe, dan kurniakan awe suami yang soleh.


Banyak pengajaran awe dapat dari pengalaman bertunang. Betullah apa yang orang cakap, tempoh bertunang adalah waktu terbaik untuk kita mengenali bakal pasangan kita. Masa tu lah masing-masing akan tunjukkan sifat dan perangai sebenar, terutama kepada yang hipokrit. Sebab tu lah awe tak percaya dengan istilah 'pakwe-makwe' atau 'couple'. Pendirian awe, “sape nak, masuk minang”. Awe tak pernah fikirkan ciri-ciri yang perlu ada kat calon suami. Cukuplah 4 perkara asas yang Nabi sebut tu.


Dalam tempoh bertunang tu pun, awe lebih mula mengenali diri sendiri dan mematangkan diri. Awe tak suka nak besar-besarkan hal yang remeh. Walaupun ada benda yang awe tak senang, awe lebih suka diamkan dan cuba berfikiran positif yang perkara tu akan jadi lebih baik nanti. Walaupun orang tanya apa masalah awe, awe takkan sebut sebab benda tu berkaitan dengan yang bertanya dan awe tak nak dia terguris atau melenting. Awe sememangnya sangat sensitif bila ada orang lelaki tinggikan suara dengan awe. Mesti mengalir air mata ni. Paling minimum pun, awe akan pendam. Dan awe sangat terbiasa dengan memendamkan kebanyakan perkara. Yang bahaya nya, bila terjadi nya sesuatu yang melampau dan tak tertanggung, confirm meletup semua benda yang awe dah pendam. Itulah yang terjadi dalam pertunangan awe.


I do not regret being engaged but I regret with all the things happened within the engagement and I also regret for not being able to change things to make them better. I am not even sad when it ends or sad of losing him but I am sad because I feel an emptiness in my life. I just feel like I need someone, no specific person, just someone who can be the one whom i will devote all my life for him. But how am I to know HE is the one???

Wednesday, August 27, 2008

Alhamdulillah..Anwar Menang!

Semalam adalah hari yang menggembirakan bagi para pendukung dan pejuang keadilan sebab Anwar telah berjaya menang dalam pilihanraya kecil Permatang Pauh dengan majoriti lebih 15 ribu. Alhamdulillah...Alhamdulillah.. Hati ini tak berhenti mengucapkan syukur kepada Allah kerana memberi satu langkah permulaan buat DSAI (Dato' Seri Anwar Ibrahim) untuk melaksanakan harapan rakyat Malaysia yang menginginkan satu pembaharuan dalam politik secara khususnya dan dalam kehidupan secara amnya.

Sebenarnya, kalau kita perhati betul-betul segala tindak-tanduk DSAI, semuanya semata-mata untuk melaksanakan misi Rahmatan lil 'Alamin seperti yang dibawa oleh Grup Pengkaji Tamadun Dunia (GPTD) yang diteladani daripada Rasulullah s.a.w .

Allah swt berfirman:
وَ مَا أَرْسلْنَك إِلا رَحْمَةً لِّلْعَلَمِينَ‏
“Tidaklah Aku mengutusmu (Muhammad) kecuali untuk menjadi rahmat bagi semesta alam.” (Al-Anbiya’/21: 107)

Cumanya, DSAI menggunakan landasan yang berbeza daripada GPTD iaitu pentas politik. DSAI tidak terlalu extreme di dalam agama dan tak pula terlalu meremeh-remehkan hal agama. Segala keputusan dibuat dengan terlebih dahulu merujuk kepada mereka yang 'alim. Macam tu lah yang sepaptutnya, di mana pemimpin dan 'ulama bergerak seiringan. DSAI sepatutnya dijadikan contoh teladan kepada semua dalam membentuk diri sebagai pemimpin. Misi tersebut setakat ini berjaya dibawa oleh DSAI di mana kita boleh lihat perpaduan kaum di Malaysia semakin terpelihara.

Awe menaruh harapan yang besar dengan kemengan DSAI. Pelbagai perkara terjadi sejak 1998 khususnya dalam keluarga awe sendiri. Abah telah meninggalkan jawatan assistant professor di kuliyyah undang-undang UIAM yang menjanjikan bayaran yang beribu-ribu untuk memasuki arena politik yang tidak menjanjikan apa-apa pulangan di dunia melainkan balasan kebaikan daripada Allah di akhirat. Abah telah dibicarakan kerana mengimami solat hajat yang diadakan di Masjid Negara semata-mata kerana mendoakan kesejahteraan Malaysia dan kesihatan DSAI (sehingga kini kes masih belum selesai). Abah ditahan di bawah ISA zalim selama 2 tahun lebih dan banyak lagi perkara yang mengguris hati untuk diingatkan.

Harapan awe, semoga selepas ini, DSAI akan dapat menghapuskan segala bentuk politik jahat dan tak ada lagi keluarga yang akan menanggung penderitaan mental dan fizikal yang keluarga awe lalui. Semoga mereka yang telah menganiaya keluarga awe akan mendapat balasan setimpalnya. Dan Akhirnya, semoga misi Rahmatan lil 'Alamin akan berjaya dilaksanakan.
Aminn...

Seruan Hassan Al-Banna kepada pemuda :-
“Wahai pemuda! Sesuatu gagasan baru akan berjaya, jika dilandaskan dengan iman yang kuat, adanya sikap ikhlas, memiliki cita-cita dan siap berkorban dari pendokongnya untuk menegakkan gagasan itu. Empat unsur itu; keimanan, keikhlasan, cita-cita dan siap berkorban adalah ciri-ciri pemuda. Kerana landasan iman adalah landasan kalbu yang hidup, landasan ikhlas itu adalah hati yang bening, landasan cita-cita itu adalah dorongan yang terkendalikan, dan rela berkorban adalah tekad yang bulat. Semuanya dimiliki oleh pemuda. Oleh kerana itu, pemuda dahulu dan kini merupakan tunggak kebangkitan setiap bangsa. Pemuda adalah kekuatan, dan pembela setiap akidah dan ideologi.”

Tuesday, August 26, 2008

Pemanggil Misteri

Awe tak suka angkat telefon rumah. Ada dua sebab utama kenapa awe tak suka. Pertamanya, tak ada orang call awe pakai telefon rumah. Yelah, sejak dua menjak pakai handphone ni. Keduanya, ada seseorang ni, selalu sangat telefon rumah cari abah & ummi. Tp, dia tak pernah bagitau dia tu siapa. hmm..pemanggil misteri?

Dalam sehari, sekurang-kurangya sekali dia akan call. Kadang-kadang tu, sampai 2 3 kali. Suara dia sayup-sayup jauh kat hujung telefon. Macam lelaki, macam perempuan. Wallahua'lam. Pemanggil misteri ni mula buat hobby dia ni sejak kes reformasi timbul. Pernah sekali tu, awe angkat telefon (sebab dah tak ada orang kat rumah). Lebih kurang macam ni lah dialog kitorang;

PM: Hello (dia tak pernah bagi salam)
awe: yer
PM: Abah ada?
awe: takde
PM: Ummi ade?
awe: Ummi xde jugak. Dia ikut abah.
PM: Abah pegi mana?
awe: ceramah dkat (tmpat mana tah tak ingat)
PM: Dia ceramah politik ke, ceramah agama?
awe: ntahlah. saya pun x tau.
PM: oklah..xpe..
Telefon pun mati.

Tapi selalu kalau ummi ada, memang dia akan bercakap dengan ummi. Dengan abah...tak pernah! Dia tanya pasal politik. Pasal keadilan. Anwar. Pilihanraya. Tanya pendapat ummi dlm hal-hal politik. Mana yang ummi tau, ummi jawab lah. Tapi, disebabkan setiap hari dia call, lama-lama ummi pun naik rimas lah.

Ummi: Encik, saya ni tak tau apa2. Kalau nk tau, tanya lah kat pejabat keadilan atau surat khabar.
PM: Saya ni buta.

Ummi pun rasa bersalah dan kesian kat pemanggil misteri yang buta tu. Sejak tu, ummi cuba la jawab elok-elok apa yang ditanya. Tapi, kekadang ummi suruh cakap yang dia tak ada kat rumah. Ummi malas nak layan. huhu..

Tapi, panggilan dari dia baru-baru ni sangat menakutkan awe. Seperti biasa, dia tanyakan abah dan ummi. Tapi, masa tu, memang diorang tak ada. Itu tak menakutkan. Tapi yang menakutkan, sebelum dia letak telefon, dia tanya;

PM: Ni Awe ke?
awe: Sape ni????
PM: oklah..xpe..
Telefon mati.

Ya Allah, sape dia ni? takutnya. Selama ni mana pernah sebut nama sesiapa dalam rumah ni kecuali 'abah' dan 'ummi' je.

Panggilan misteri tu masih ada sampai sekarang.

Thursday, August 21, 2008

Bowling yang 'Best'!

Lepas awe dapatkan kompang untuk Amad, awe terus balik, solat, keluar bali. Kali ni keluar dengan Ama, adik yg kedua bongsu. Awe dah janji dengan Asiah, adik Pakchan untuk main bowling dengan dia harini. Macam biasa, awe pergi jemput Asiah, tingkatan 2, dekat Kampung Melayu Sungai Buloh. Kitorang nak main bowling dekat One Utama.

Puas betul main kali ni sebab main tiga game dan asyik strike je. Yang pasti, ama dan asiah kalah...hehe..(cuba lagi lain kali yer!)

Teringat pula pengalaman tak best bulan lepas, awe join perlawanan bowling anjuran Wanita Keadilan Selangor.Susah betul nak kumpulkanorang untuk bentuk dua pasukan. Satu grup ade 4 ahli. Alhamdulillah, lepas ke hulu-hilir mencari peserta dan untuk mengisi yang kosong dan menggantikan yang menarik diri, akhirnya berjaya juga kumpul 8 orang. Awe, Ziha (kawan awe merangkap bakal kakak ipar, insyaAllah), Fizah & Nora (UIA), Ama & dua orang kawan dia, (tingkatan 4), dan yang paling muda, jida (darjah 4).

Perlawanan dibuat kat Summit USJ. Kenangan lama masa belajar kat SAMBEST dulu, kekadang lepak sini dengan syue. Sesampai je kat tempat bowling, terus terasa cuak. Peserta lain semuanya dah besar2 dan muka pro. Rasanya, grup kitorang lah yang paling muda dan muka amatur.

Awe tak tahu lah apa yang tak kena dengan permainan awe hari tu. Majoriti masuk longkang. Tak pernah awe main seteruk tu. Rasa kecewa ade, bengang ade, penat pun ade. Mungkin nervous kot. Sebelum ni main untuk suka-suka. Tapi hari tu main atas nama perlawanan. Yang paling tak puas hati, grup lain ada ahli nya lelaki. Tak tahu lah pulak boleh, sebab program ni anjuran WANITA. Padahal abang Hakim dah offer nak ikut. On top of that, ada lagi yang paling paling paling tak puas hati..(geramm nih!). Grup kat lane sebelah, menang hadiah tempat kedua disebabkan abang tu tolong buat balingan untuk akak-akak dalam grup dia. Agak-agak tak ada orang perhati, dia pun baling. Mana keadilan???

Tuesday, August 19, 2008

Kompang Untuk Amad



Tadi pagi, lepas habis je kelas Fiqh II, Dr. Ugi Suharto, awe terus keluar cepat2 dari UIA. Ummi amanahkan untuk beli madu masad untuk Ani kat Sri al-Huda dengan berbekalkan RM100. Sekolah tengah cuti sekarang, bagus lah... tak ramai orang kat sekolah. Yang ada cuma adik2 yang ade kelas tambahan cuti sekolah. Nak UPSR agaknya tahun ni. Madu tu ada dijual kat koperasi sekolah. Dapat je baki RM48, awe terus teringat yang Ummi nak belikan kompang untuk Amad kat Central Market. Kebetulan Ani kerja dekat CIMB dekat dengan Masjid Jamek. Awe terus mesej Ummi... "Madu td 52. Ada baki tu, kalu cukup, awe beli kompang kat cntral market." Ummi pun jawab "Ok."

Awe park kat CM. Dah lama tak datang sini, awe terfikir sendiri. Teringat lak zaman sekolah2 dulu, sini la gak tempat awe selalu 'lepak' mencuci mata sebelum naik bas 143C balik umah. Dah cantik n tersusun CM sekarang. Yang paling best, dah tak nampak budak2 tak senonoh melepak2 kat tangga2 CM. Yang paling tak best, tandasnya tak praktikal dan leceh. Kenapa la tak guna paip getah je, lagi senang.

Awe tak buang masa. Jam dah pukul 12.40pm. Janji dengan Ani nak jumpa jam 1.00pm. Awe terus melangkah laju2 mencari kedai yang ada jual kompang. Tak susah nak cari dengan keadaan CM yang kemas ni. Awe ternampak satu kompang kecik, harganya RM80. Dalam hati ni terdetik, 'alamak, aku ade 40 je. Yang paling kecik ni pun 80'.

Awe tanya akak yang menjaga kedai, ada tak yang lagi kecik? Memang ada, dalam besar dua tapak tangan. Harganya RM70. Awe pun terus cakap dengan akak tu, "yang lagi murah ade tak? Saya punya budget 40 je". Dia cakap, tak ada. Tp dia terus tanya kat sorang abang yang duduk kat luar kedai (Mungkin tuan kedai kot), boleh tak nk bagi harga 40 untuk kompang kecik tu. Dia pun cakaplah tak boleh sebab jauh sangat turun tu.

Awe tanya lagi, ada tak apa2 yang lain yang dalam harga RM40, asalkan bole pukul2, untuk budak dua tahun je pun. Akak tu pun tunjuk kat awe satu alternatif lain, djimbe, harganya RM49, tapi dia boleh bagi RM40. Akhirnya, abang tu kesian dengan awe. "Takpe lah, nak ambik kompang kan? ambik la, 40, boleh lah. Nanti adik tu da besar, boleh dia blaja main, kenal la kat kompang tu"

Terima kasih abang kompang yang baik!!

Monday, August 18, 2008

Asal-Usul 'AWE"

Masa zaman kanak-kanak dulu..family di sabah guna nama panggilan 'WAWA'.
Bila dah masuk sekolah rendah, tukar pulak jadi 'AWA'.
Tapi, lepas bahasa baku dimansuhkan, tukar lagi jadi 'AWE'.
Sampai sekarang la kekal dengan nama tu. Tapi, ada orang yang salah dengar, diorang panggil 'HAWA'....tak kisah pun sebenarnye...

Cuma nak diingatkan, cara sebutannya adalah 'are-were'...bukannye 'are-where'!!

Awe Poyo??

Teringat lak suatu kisah masa kat matrik dulu.

Awe n Aniz Adiliya (kawan sebilik) pergi ke kedai alatulis yg paling popular kat matrik. Tak ingat pulak namanye ape. Sedang kami membelek-belek 'keychain' yang ade nama dan maksud, terjumpe keychain yang tertulis makna najwa di belakangnya.. " Najwa..bisikan rahsia. Mampu memahami apa yang terlintas di fikiran oang lain tanpa perlu diberitahu".

Awe: Ko tengok ni aniz..ko percaya tak?
aniz: elehh... (dengan mimik muka yg x percaya)
awe: Btoll...Mesti sekarang ni ko tengah pk yang aku poyo kan?
aniz: Eh, betullah! memang aku pk ko poyo pon..
awe: haa..kan betull

kitorang pun tergelak berdua dalam kedai tu....


Tapi kan...memang betul lah apa yang dikatakan...nama itu adalah doa. Nama secara tidak langsung menggambarkan perwatakan empunya diri.

Melalui pengalaman awe sendiri, awe banyak kali menguji kebenaran makna nama 'najwa' ni dengan meneka-neka apa yang difikiran orang lain. Kebanyakannya 100% betul. hebat kan? Tapi, 'kuasa' najwa ni ada syaratnya...awe tak boleh teka/baca fikiran orang kalau disuruh dan kalau awe paksa diri untuk meneka.

Ahlan Wa Sahlan!

Assalamualaikum dan ahlan wa sahlan kepada semua.

Alhamdulillah, setelah sekian lama difikirkan dan dipertimbangkan, akhirnya dengan izinNya jua awe berjaya wujudkan blog ini. Walaupun agak sederhana, awe rasa, memadailah dulu dengan kesederhanaan ini sebab awe tidak pasti dengan tahap istiqamah awe dalam mengemaskini blog ini.

Tambahan pula, awe bukanlah seorang yang 'out-spoken', yang akan meluahkan apa sahaja yang terfikir di kepala. Selama ini awe banyak berfikir mengenai pelbagai perkara tetapi awe tidak pernah meluahkan samada secara lisan ataupun coretan. Banyak perkara yang awe diamkan dan banyak juga yang awe dah lupa. Oleh itu, awe berfikir, blog ini adalah sebuah landasan terbaik untuk awe mengabadikan segala apa yang di dalam fikiran awe.

Justeru, apa yang terkandung di dalam blog ini secara tidak langsung menggambarkan keperibadian awe. Dan perlu diingatkan yang tujuan blog ini diwujudkan adalah untuk simpanan awe semata-mata, supaya awe takkan lupa pada suatu masa nanti. Blog ini bukanlah untuk membuatkan diri ini terkenal apatah lagi untuk memprovokasi mana-mana pihak. Oleh itu, awe minta maaf banyak-banyak andai ade pihak yang akan tersinggung dengan apa sahaja perkara yang awe fikirkan.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...